M Dianto: Bahan Baku Diimpor dari Amerika

Dolar Naik, Tahu Tempe Ikut Naik

Jumat, 07 September 2018 - 07:53:19 WIB

BANGKO-INDEPENDENT.COM-Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap US Dolar, mulai berimbas kepada harga sembako di tanah air. Apalagi, bahan baku untuk sejumlah produk yang dikonsumsi masyarakat di Indonesia, merupakan barang impor yang harganya mengacu pada nilai tukar mata uang US Dolar.

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pangan Provinsi Jambi, M Dianto mengatakan untuk bahan-bahan pokok yang  bisa diproduksi di Indonesia, khususnya Jambi tidak terjadi kendala atau kenaiakan harga. Seperti cabai, beras, bawang, karena komoditi tersebut diproduksi di tanah air. Sementara sebagian bawang putih, ada yang diimpor, namun harganya belum naik dan belum terpengaruh oleh kenaikan dolar.

Dianto mengatakan, yang sudah pasti akan berpengaruh adalah harga tahu dan tempe. Di mana, bahan baku kedelai untuk pembuatan tahun dan tempe itu, diimpor dari Amerika. “Masyarakat suka bahan pangan yang murah seperti tahun dan tempe. Namun, dengan naiknya harga dolar, harga kedelai juga akan naik. Karena bahan baku tahu tempe itu diimpor dari Amerika,” katanya.

Ketika ditanyakan bagaimana potensi kedelai yang diproduksi di tanah air, khususnya di Jambi, Dianto menyebutkan, jenis kedelai lokal berbeda dengan kedelai impor. Di mana, untuk membuat tahu dan tempe, tidak bisa menggunakan kedelai lokal. Sebab, proses pemuaian kedelai lokal untuk tahu tempe, menurutnya tidak maksimal seperti kedelai impor.

“Mudah-mudahan ada kebijakan dari pemerintah pusat. Karena kami Satgas Pangan di Jambi tidak bisa membuat kebijakan. Karena skalanya ini sudah dunia, bukan skala Provinsi Jambi lagi persoalan ini. Kita berharap, pemerintah bisa mengurangi impor, dan memperbanyak ekspor,”katanya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jambi Ariansyah mengatakan, saat ini harga kedelai di Provinsi Jambi masih belum terdampak dari naiknya harga dolar. Namun, dalam beberapa waktu kedepan kemungkinan akan mengalami kenaikan. Sebab, saat ini para pedagang masih menjual kedelai dengan stok lama. Dari data terakhir Disperindag Provinsi Jambi, harga kedelai di pasaran pada Kamis (6/9), Rp 8.000 perkilogramnya.

“Kedelai yang diimpor, otomatis akan naik. Kalau sekarang masih stok lama yang dijual. Namun kemungkinan besar dalam waktu dekat akan naik,” katanya.

Kemudian, untuk bahan pokok lainnya seperti cabai, bawang, beras, daging dan ayam, tidak mengalami kenaikan harga. Seperti cabai masih berkisar pada angka Rp 20 ribu hingga Rp 22 ribu perkilogramnya. Kemudian bawang merah malah turun menjadi Rp 18.000.

Selanjutnya bawang putih, memang sebagian ada yang diimpor. Namun sebagian lagi masih produk lokal. Harganya masih stabil yakni berkisar pada Rp 20 ribu.

“Yang diimpor ada juga daging beku, namun harganya masih stabil. Rp 76 ribu perkilogram. Kalau daging segar masih Rp 120 ribu perkilogram. Ayam broiler juga stabil, seharga Rp 30 ribu perkilogramnya,”rincinya.

Sementara, pantauan di pasar Angso Duo, harga cabai sejak awal September masih stabil, yakni masih berkisar antara Rp 16.000 hingga Rp 20.000 perkilogram, untuk bawang merah berkisar Rp 14.000 sampai Rp 16.000 perkilogramnya. Sementara untuk bawang putih dari awal September masih diangka Rp 20.000 perkilogramnya.

Pedagang bernama Yandi mengatakan bahwa, mulai awal september kemaren hingga saat ini harga cabai masih stabil seperti biasa bahkan terjadi penurunan harga untuk cabai merah.

“Belum ado naik bang, masihlah sekitar Rp 14.000 perkilogramnya sampai Rp 20.000 tergantung jenis samo ukuran cabai. Malah untuk modal kito tinggi kalau cabai dari Ness Rp 22.000 perkilogramnya dan kito jual dibawah itu bang. Kalau untuk bawang merah Rp 14.000 sampai Rp 16.000 perkilogramnya. Dan bawang putih masih tetaplah Rp 20.000 per kilogramnya dari kemaren,” katanya. (enn/cr01/muz/zen/rib)






BERITA BERIKUTNYA

loading...