Nyala Mimpi Anak Kampung Yang Sempat Mati di Madrasah "Kandang Kuda"

Beli Kapur Papan Tulis Harus Tunggu Sumbangan

Jumat, 21 September 2018 - 09:19:05 WIB

 Murid MIS Muallim Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumbar saat pulang sekolah (Riki Chandra/JawaPos.com)
Murid MIS Muallim Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumbar saat pulang sekolah (Riki Chandra/JawaPos.com)

BANGKO-INDEPENDENT.COM-Tiada yang tidak mungkin. Tetesan peluh dan air mata menjadi fondasi bagi guru Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Muallimin. Sekolah ini dulu berbentuk kandang kuda kini transformasi menjadi madrasah terbaik dengan fasilitas lengkap.

============================

Riki Chandra, Sumatera Barat

============================

Pendidikan senjata paling ampuh mengubah dunia. Ungkapan bijak mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela itu pantas sepadan dengan perjuangan para guru MIS Muallimin di Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar). Mereka belasan tahun mengabdi tanpa pamrih, "menangis" darah di sekolah itu demi mendidik generasi bangsa di daerah yang tergolong terpelosok itu.

 Walaupun tidak menjadi salah satu bagian dari daerah 3T (terdepan, terdalam, dan tertinggal), namun untuk menjangkau Jorong Tabek membutuhkan waktu cukup lama. Ada sekitar enam jam waktu tempuh untuk bisa sampai ke Jorong Tabek dari Arosuka, Ibu Kota Kabupaten Solok.

Rabu siang (19/9), jelang mentari begitu terik. Ratusan murid MIS Muallimin Tabek, hilir mudik. Nyaris semua lorong sekolah bercat kuning itu disesaki para siswa. Sebagian dari mereka ada yang duduk di depan ruang kelas sembari menyantap makanan ringan hingga ada yang bercanda dengan rekan sejawatnya.

Sebagian lagi, siswa laki-laki sibuk bermain kejar-kejaran sampai menanggalkan sepatu. Sebagian murid perempuan bermain karet. Maklum, siang itu kebetulan pukul 10.30 WIB, waktu istirahat bagi siswa.

Pekarangan sekolah yang baru berusia 18 tahun itu berhawa sejuk. Selain berada di lekuk bukit dan hamparan sawah, semua pekarangannya juga ditumbuhi puluhan jenis bunga. Menariknya lagi, tedapat dua unit gazebo yang terbuat dari kayu aren beratap ijuk di luar ruangan kelas.

"Bagi yang malas dan bosan belajar di kelas, mereka belajar di gazebo ini," sebut Kasri, guru Bahasa Arab MIS Tabek membuka perbincangan dengan JawaPos.com.

Kasri menyebut, MIS Tabek memiliki 22 orang guru dan empat di antaranya berstatus PNS. Selebihnya guru honorer yang sudah belasan tahun mengabdi. Sedangkan jumlah lokalnya mencapai 11 unit yang tersebar di tiga gedung belajar. Total semua sisnya mencapai 197 orang. MIS ini juga memiliki satu unit musala yang kini tengah disempurnakan.

"Sekarang kondisi mengundang kagum. Lokal bagus, ada kantor, aula, labor dan UKS. Kalau dulu, setiap yang melihat dipastikan menangis," sebut Kasri yang juga merangkap guru Penjaskes.

Di MIS Muallim ini, kegiatan belajar mengajar berlangsung dari pukul 07.15 WIB dan berakir pada pukul 17.00 WIB. Selain mata pelajaran umum, siswanya juga belajar mengaji, hafalan alquran, Bahasa Arab, hingga bahasa Jepang. Khusus bahasa Jepang baru berlangsung sejak dua tahun terakhir.

Kelahiran madrasah ini melewati proses cukup panjang dan pahit. Bermula inisiasi masyarakat hingga akhirnya harus dikelola dan dijaga masyarakat itu sendiri. Para inisiator itu yakni Ainismar, Muchtar, dan beberapa tokoh masyarakat Jorong Tabek. Kini Ainismar sudah almarhum.

Madrasah yang berdiri sejak tahun 2000 itu berawal dari meledaknya jumlaho murid SD Inpres (SDN 09 Talang Babungo). Ketika itu SD Inpres merupakan satu-satunya SD di kampung tersebut. Kapasitas SD tersebut tak bisa menampung 250 orang murid. Akibatnya, murid sampai belajar di teras sekolah.

"Bu Ainismar (alm) berinisiatif mendirikan sekolah dengan Pak Muchtar. Keinginannya ternyata didukung penuh tokoh masyarakat," ujar Murniati, guru senior di MIS Tabek mengisahkan.

Setelah itu, disepakatilah MIS Allimin berdiri di bangunan bekas rumah guru. Namun kondisinya reyot dan sudah dipenuhi semak-belukar. Atapnya rusak, bocor, sebagian dinding pun roboh.

 "Sangat tidak layak. Saking buruknya, orang dulu menyebut ruang belajar MIS ini seperti kandang kuda," kata Murniati yang mengajar sejak MIS Tabek berusia dua tahun.

Dengan semangat bersama, didukung Wali Nagari, tokoh masyarakat dan penggagas sekolah, kawasan rumah guru itu pun dibersihkan. "Sekarang gubuk, besok jadi istana. Belajar di sini dulu, biar bisa menggenggam dunia. Begitu semboyan semangat mendirikan sekolah ini," kata guru berusia 45 tahun itu.

Di awal berdiri, MIS Tabek menerima 30 orang murid baru. Jumlah murid sebanyak itu tak berlangsung lama. Belakang siswanya berkurang menjadi 19 orang. Berkurangnya siswa disebabkan oleh beberapa alasan. Ada yang pindah, ada yang kabur karena mengaku takut belajar di sekolah gubuk, reyot, dan masih dikelilingi semak.

Namun ketika rutinitas MIS terus berlanjut meski diterpa cemooh sebagian orang. "Mungkin karena orang tuanya saat itu setengah hati menyekolahkan anak di sini. Apalagi, MIS ini baru, lokalnya tidak beres. Tapi, yang ikhlas tetap mempertahankan anaknya sekolah di sini," terang guru yang masih bertatus honorer Kementerian Agama (Kemenag) itu.

Kendati memiliki sedikit siswa, tetapi prestasi murid pertama MIS Muallim membuka mata batin sebagian masyarakat yang dulu mencibir. Anak-anak sekolah reyot itu mampu menjadi terbaik kedua saat Ujian Nasional (UN) di tingkat Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok.

"Setahun kemudian murid kami baru mencapai 30 orang. Tapi, kondisi sekolah masih sama," katanya.Nyala Mimpi Anak Kampung Yang Sempat Mati di Madrasah "Kandang Kuda"Suasana belajar di MIS Tabek. (Riki Chandra/JawaPos.com)

Pada awal berdirinya pengajar di MIS Tabek hidup penuh dengan keprihatinan. Sebab mereka tidak diberi honorarium. Hal itu cukup beralasan. Karena, untuk membeli kapur papan tulis mereka pun tak punya uang. Salah satu cara mendapatkan uang pembeli kapur dan spidol adalah dengan meminta sumbangan dan sedekah warga sekitar sekolah.

Sumbangan itu dipunguti oleh Murniati yang ketika itu ditemani Pelni. Ketika itu Pelni masih sekolah di SMA. Kini Pelni tercatat sebagai salah satu guru PNS yang ditugaskan mengajar di MIS Tabek. "Saat Pelni libur, kami keliling minta sumbangan. Ini berlangsung sampai tahun kesembilan," terang ibu tiga anak itu.

Murniati juga masa 16 tahun silam, pertama kali dia masuk setelah ditawarkan penggagas sekolah Ainismar (alm). Bahkan, dia mengajar selama hampir 2 tahun tanpa digaji sepeser jua. Padahal, Murniati bukan penduduk Jorong Tabek. Dia bahkan setiap hari berjalan kaki sejauh 2 km dari kediamannya demi mengajar Senin sampai Sabtu.

"Almarhumah (pendiri sekolah) teman seperjuangan di MTS. Kala itu, saya sarjana tapi ngganggur. Nah ditawari ngajar tapi tanpa gaji. Saya pun menyanggupi dan mulai mengajar tahun 2002," ceritanya.

Murniati mengaku mulai dapat gaji sekitar tahun 2006. Itu pun dengan jumlah yang sangat minim. Gaji tersebut bermula dari bantuan kontrak guru (BKG) senilai Rp 60 ribu per bulan. Namun, hanya bisa cair sekali empat bulan atau enam bulan sekali.

"Kalau dikenang, saya mau menangis. Pak Muchtar dan buk Ainismar (pendiri sekolah) saat itu, sudah jadi guru kontrak. Setiap mereka gajian, saya diberi zakat. Pak Muchtar kasih Rp 50 ribu, almarhumah juga memberi Rp 50 ribu. Alhamdulillah dapat untuk anak-anak. Jarang-jarang dapat uang segitu," sebut Murniati dengan mata berkaca-kaca.

Pernah juga Murniati mendapat pelatihan PAKEM alias partisipasi, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dari Jakarta. Program itu untuk mengajak guru dan murid ikut aktif. Setidaknya, meringankan biaya pembeli kapur. Namun, tidak dengan meminta iuran, karena sekolah bebas dari pungutan.

"Trainernya nyuruh saya bermimpi dari sekarang. Saya jawab, mimpi saja ndak bisa makan," sebutnya.

Lantas, karena Jorong Tabek penghasil tebu, trainer PAKEM menyarankan Murniati untuk meminta dua rumpun tebu kepada masing-masing murid MIS. Tebu itu lalu ditanam di pekarangan sekolah. Nanti saat panen, dikilang sendiri oleh para murid dan guru.

"Hasil dari penjualannya kami belikan kapur dan sepidol hingga kebutuhan sarana lain. Aktivitas seperti itu berlangsung tiga tahun," sebut perempuan yang kini menjabat Koordinator Bidang Kesiswaan MIS Muallim Tabek.

Memanfaatkan rumah guru reyot, bukan berarti perjalanan MIS Muallim datar tanpa terjal. Sebaliknya, lokasi belajar di bekas rumah guru SDN 02 itu sempat ditentang salah satu pihak yang merasa memiliki rumah itu. Akhirnya pindah ke rumah guru yang juga sudah reyot tak jauh dari rumah guru sekolah pertama.

"Sudah tak punya biaya, nggak digaji, tempat belajar digugat pula. Lengkap sudah perjalanan sekolah kami," kenang Murniati.

MIS Muallim bahkan nyaris bubar di pada 2009 silam. Padahal, total murid sekolahnya saat itu mencapai 120 orang. Kejadian itu berawal saat Murniati tengah mengandung anak ketiganya. Sekolah kekurangan tenaga pendidik. Guru baru yang masuk pun tidak ada.

"Persoalan utamanya tetap karena tidak ada pembeli kapur dan sarana lain. Biasanya saya jalankan sumbangan, nah saat saya hamil, tentu tidak bisa. Makanya, sampai pada wacana menghentikan proses belajar mengajar," katanya.

 

Rencana bubarnya MIS Muallim Tabek pun sampai ke telinga Kepala UPT Pendidikan yang kala itu dijabat Lutfi. "Katanya, asalkan tidak bubar, saya carikan kapur. Ndak usah minta sumbangan lagi. Meja untuk belajar juga akan saya carikan," kata Murniati menirukan jaminan Kepala UPT kala itu.

Alhasil, disepakatilah untuk terus melanjutkan pendidikan di MIS Muallim. Murid yang selama ini belajar dengan keterbatasan bangku, dibantu oleh sumbangan Kepala UPT. "Jadi, bangku dan kursi yang kami pakai di MIS ini dulunya bekas meja dan kursi SDN lain yang tak lagi dipakai," timpal Pelni, guru PNS yang sudah berjuang di MIS Tabek sejak di bangku SMA.

 Singkatnya, MIS Tabek akhirnya mampu beli tanah yang luasnya mencapai 600 meter persegi yang lokasi persis di bekas rumah guru yang menjadi cikal-bakal sekolah. Pada 2006, bantuan pembangunan ruang kelas mulai mengalir dari pemerintah daerah hingga pusat.

Wali Nagari, tokoh dan seluruh masyarakat Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo ikut andil dalam pembangunan tersebut. Mereka bersama mendatarkan tanah lokasi yang akan dibangun MIS Muallim Tabek. Pelan-pelan pada 2015, berdirilah tiga gedung MIS Muallim. Di areal itu terdapat kantor, musala, dan berbagai fasilitas penunjang lainnya.

Murniati berharap, kelak dia pensiun semangat dan kerja keras menjadikan MIS Muallim Tabek seperti hari ini tetap terjaga. Jangan sampai terlena dan puas atas capaian hari ini. Doanya yang tak pernah putus adalah agar MIS Muallim segera menjadi madrasah Negeri.

"Kami berjuang menghidupkan sekolah. Semoga anak-anak kami, murid MIS Muallim nanti bisa berjuang mendirikan Universitas," harapnya.

MIS Berprestasi Racikan KBA Terbaik di Sumatera

Nyala Mimpi Anak Kampung Yang Sempat Mati di Madrasah "Kandang Kuda"Guru senior MIS Tabek Murniati yang tahu persis perjuangan sekolah kandang kuda itu hingga berprestasi dan asri berseri (Riki Chandra/JawaPos.com)

Mimpi gubuk jadi istana yang diidamkan sejak 18 tahun silam itu kini terwujud. Selain atas perjuangan para guru yang rela mengabdi tanpa digaji, semangat dan prestasi MIS Muallimin di bidang pendidikan turut menjadi kran pembuka bantuan pada sekolah Agama Swasta itu.

Puluhan trofi prestasi murid MIS Muallim berjejer di ruangan kantor guru. Mulai juara Kecamatan, Kabupaten, hingga juara tingkat Provinsi berhasil disabet murid-murid sekolah "kandang kuda". Bahkan, tahun ini, MIS Muallim Tabek menjadi sekolah terbaik yang akan mewakili Kabupaten Solok dalam lomba UKS dan meraih penghargaan Adiwiyata Mandiri dari Gubernur Sumbar pada Oktober mendatang.

"Kategori MIS, kami terbaik di Sumbar. Alhamdulillah, kami juga terpilih tahun ini mewakili Kabupaten Solok untuk sekolah adiwiyata tingkat Provinsi," sebut Kasri Satra.

Menurut Kasri yang juga Ketua Kampung Berseri Astra (KBA) Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, lahirnya prestasi dan bantuan tak terlepas dari semangat para pengajar MIS Muallim Tabek. Bahkan, dengan gaji yang rata-rata Rp 5 ribu per hari, para guru masih mau menyumbang untuk pembangunan sekolah.

"Kami patungan juga untuk bikin pagar. Semangat gotong royong ini yang selalu kami genggam," beber lelaki 40 tahun itu.

Pada 2015, MIS Muallim Tabek terpilih menjadi satu-satunya sekolah dasar binaan KBA di Provinsi Sumbar. Gelora prestasi di MIS Muallim pun kian bangkit setelah dikucurkan berbagai bantuan. Mulai dari pembangunan MCK, gerbang, perpustakaan, laboratorium, ruang UKS dan semua perlengkapannya. Penyempurnaan sarana ini membuat MIS Muallim Tabek kian lengkap.

"Memenuhi semua sudut sekolah dengan bunga juga sentuhan KBA. Tahun ini, karena ikut kompetisi sekolah sehat harus punya westafel, kami pun dibantu untuk bikin westafel juga," terangnya.

Menurut Kasri, penyaluran bantuan Corporate Social Responsibilty (CSR) yang dibungkus Astra dalam program KBA menyentuh semua lini atau kerap disebut empat pilar. Mulai dari pendidikan, kesehatan, kewirausahaan dan lingkungan. Bidang pendidikan, KBA fokus membina MIS Muallim dan satu unit TK Al-Makmur.

Tak mudah baginya meyakinkan program KBA di Jorong Tabek, Talang Babungo. Ada yang menyangsikan, program tersebut akan berujung pada persoalan akidah dan macam-macam. Padahal, hanya Jorong Tabek satu-satunya kampung yang disentuh bantuan Astra dari 72 KBA di seluruh Provinsi.

Namun, setelah dua-tiga hasilnya terlihat, masyarakat mulai simpati dan bahkan mendorong KBA tetap bertahan di Jorong tersebut. "Sifatnya pendampingan. Dibantu lewat program, dan kita harus aktif gotongroyong bersama menyempurnakan bantuan itu," katanya.

Tidak saja memberikan support pembangunan sarana sekolah, KBA juga menyalurkan bantuan beasiswa bagi murid kurang mampu. Sedikitnya, ada 35 orang siswa yang dibantu biaya pendidikan.

"Ada SD, SMP dan SMA juga. Tahun lalu, penerima SD lebih banyak. Tapi karena sifatnya KBA berkelanjutan, tahun ini mungkin lebih sedikit," sambung Koordinator Bidang Pendidikan KBA Jorong Tabek, Pelni.

Guru senior MIS Muallim Tabek Murniati ikut bersyukur atas sentuhan KBA Jorong Tabek. Dengan adanya labor, para murid bisa mempraktekan pelajaran teori yang didapat. Apalagi, taman bunga ditambah gazebo menjadikan lokasi sekolah begitu sejuk.

"Dulu gersang sekali. Kini siapa saja yang masuk ke MIS ini, pasti bilang seperti masuk taman bunga," katanya.

 

Nyala Mimpi Anak Kampung Yang Sempat Mati di Madrasah "Kandang Kuda"Warga bergotong royong membangun MIS Muallim Tabek ketika masih dalam bangunan lama. (Dokumen MIS Muallim Tabek for JawaPos.com)

Di tempat lain, Wali Nagari Talang Babungo Zulfatriadi mengatakan, sentuhan KBA untuk MIS Muallim Tabek pantas diapresiasi. Menyulap sekolah dengan sarana lengkap dan keasriaanya, membuat MIS Tabek yang dulu dicemooh, kini jadi rebutan. Bisa dipastikan, tak ada lagi keraguan bagi 2.000 jiwa penduduk Jorong Tabek untuk menyekolahkan anaknya di MIS Muallim.

"Perjuangan hebat gurunya setimpal dengan apa yang didapat hari ini. Semoga lahir generasi hebat yang punya daya juang semangat seperti yang ditorehkan penggagas, pendiri dan pengajar MIS Muallim," kata Zulfatriadi.

Di sisi lain, tiga tahun perjuangan Ketua KBA Jorong Tabek meyakinkan masyarakat tentang positifnya gerakan KBA kini berbuah manis. Selain menjadikan MIS Muallim kian berprestasi, KBA juga menjadikan Jorong Tabek kampung asri dengan sentuhan taman bunga. KBA Jorong Tabek terpilih menjadi KBA terbaik tingkat Sumatera, dan kini menjadi tiga besar terbaik tingkat Nasional.(rcc/JPC)






BERITA BERIKUTNYA

loading...